Sebahagian orang-orang Islam yang mengaku pintar dalam hal agama berpendapat bahwa menerima pluralisme itu tidak dibenarkan dalam Islam. Terminologi 'agamaku agamamu' menjadi patokan mutlak yang kadang dimaknai secara sempit dalam wilayah pemikiran kelompok ini. Sebahagian lagi menyatakan pluralisme justru adalah wahana bagi Islam untuk "bergaul" di zaman yang sudah tanpa sekat-sekat ini.
Golongan yang kedua diatas tentu mafhum bahwa ini adalah zaman di mana ruang dan waktu telah menjadi kumpulan zarrah yang bisa dipadatkan ke dalam satu titik file saja di laptop, folder di ponsel dan sebagainya. Hari ini manusia mampu mengontrol ekonomi, politik dan bahkan sosial budaya dengan hanya melalui sebuah lempengan kecil mikrochip.
Jika ada dua golongan yang mempertentangkan tentang pluralisme, maka apakah tidak sebaiknya dimunculkan golongan ketiga yang bisa disebut sebagai aliran neopluralisme? Maaf ini hanya istilah yang saya ciptakan sendiri. Entahlah jika ada yang telah menciptakannya sebelum ini.
Neopluralisme lebih ke arah penyeimbangan di antara dua kubu pemikiran. Jika kalangan anti pluralisme menolak mengucapkan "Selamat Natal dan Tahun Baru" kepada saudara-saudara kita yang beragama kristiani, misalnya. Disebabkan pemahaman bahwa ucapan itu justru bisa bermakna "turut" menjadi pengikut kristiani. Pro-neopluralisme dapat menyeimbangkannya dengan tetap memberi ucapan selamat kepada kaum kristiani. Tentu ada modifikasi di dalam ucapan itu. Misalnya, "Selamat merayakan Natal dan Tahun Baru Masehi 2010" bukannya "Selamat Natal dan Tahun Baru 2010."
23 orang ngopi:
MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa Pluralisme yang berjenis "mencampuradukkan semua agama sebagai keyakinan yg sama dan semuanya benar maka itu adalah dilarang." Namun jika hanya sebatas toleransi tanpa paham di atas maka pluralisme itu boleh.
Namun jika pluralisme dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin mengacaukan kembali makna toleransi maka harus ada neopluralisme.
Perbedaan itu ada, mari kita saling menghormati sesama muslim dengan pendapatnya masing-masing!
betapa indah jika perbedaan yang ada tidak dipandang sebagai sarana untuk saling menghancurkan dan menganggap diri lebih sempurna karena sejatinya perbedaan tercipta dengan maksud agar kita bisa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain... jika itu yang terjadi alangkah indahnya kehidupan di dunia ini...
saya pernah dengar ttg pelarangan pengucapan selamat natal kepada umat kristiani. Pegawai saya sendiri tidak mau mengucapkan selamat natal karena katanya dilarang oleh seorang uztadjah yg sering muncul di layar televisi.
Tapi saya berusaha memahaminya karena tiap orang punya pendapat yg berbeda kan?
pluralisme sangat berbeda dengan sinkretisme. kalo mencampur adukan semua agama sih namanya sinkretisme. itu nggak bener. tapi kalau kita bicara sama seorang humanis, udah pasti ada terbersit sinkretisme...
Tapi aku baca tentang Nabi besar kaum Muslim, aku rasa beliau pun akan sangat menghormati perbedaan. Sepertinya dia orang yang penuh kasih....
Subhanallah, indah sekali postingan ini mas.. terutama penutupnya..
keluarga saya termasuk keluarga multi agama.. ngga cuma saya aja, banyak juga kan ya yang kayak saya.
masih anyin.. ninggal link.. hahahha mampir yang ini aja mas...
sebenernya minorexplorin dibuat tidak untuk diperhatikan wuahah
satu lagi mewakili pandoraboks.blogspot.com yang komennya sempet trobel :p
baru sadar belum follow.. follow ah..
sependapat dengan mas ivan, sebatas toleransi saya rasa ngga apa-apa.. kembali ke niat masing-masing aja..
Kita niatkan dng aspek sosial saja mungkin ya,agar saling menghargai anatar agama.
Hmm..kopinya mana nih ?
asumsi-asumsi memang berbahaya... hampir sama ketika polri membeberkan bukti2 pada kasus bibit chandra yang semuanya asumsi. apakah jika saya keluar dari toilet dipastikan saya habis BAB?
Betapa indahnya jika keaneka-ragaman ini justru bisa menguatkan satu sama lain, bukan malah memecah belah.
perbedaan adalah rahmat, maka selama perbedaan itu tidak menodai aqidah, ia dapat ditoleransi. Begitulah ...
Eh ... tumben, mana kopinya?
Saya kopi susu aja
Pluralisme tapi jangan sampai mencampuradukkan
Benar Contohlah masyarakat Madani yang di bangun Rosul.
LAQUM DINUKUM WALIYADIN
Mari hidup bersatu dalam keberagaman.
jangan Lupa seruput kopi dulu....
perbedaan membuat kita mengerti makna toleransi..
dimanapun kita berada..perbedaan pasti ada..tergantung kita menyikapi perbadaan itu...
hormatilah perbedaan, sebab di dalam perbedaan itu ada pelajaran yang sangat berharga, jika kita berfikir jernih...
Untungnya saya tidak begitu paham soal isme-ismean van. Apakah saya newsoulisme atau neopluralisme, sunggu, saya tidak tau, hehe. Hal yang saya tau, berbeda itu memperkaya khazanah semesta ini, asalkan semuanya dilandasi semangat kemanusiaan yang saling menghargai. Saat natal saya mengucapkan Selamat merayakan Natal kepada sahabat-sahabat saya yang merayakannya. Begitulah yang saya ingat. Sekarang, hm, jadi pengen ngupi lagi neh, dingin.
banyak cara-cara Rasulullah yang telah ditinggalkan oleh umat Islam jaman sekarang
mari saling ingatkan
enaknya ngopi di sini...
dengan neopluralismenya yang nonjok....
Biarlah perbedaan menjadi pewarna hidup kita, jangan dijadikan masalah yang bisa menimbulkan perpecahan.
Postingannya mantap neeh...!
Terimakasih untuk semua. Silahkan diseruput kopinya.
Indahnya kalo toleransi dan perdamaian ada di muka bumi ya?
Mas, aku tag mas Ivan. Ada di Curhat Fanda. Dijemput ya...
Post a Comment