Pages

Wednesday 25 August 2010

Puisi Yang Ditolak Guruku

Sebagai orang yang diberi tanggung jawab di blog ini maka saya harus menjalankan amanah setelah diberi tugas sebagai admin tentunya di blog ini, bagi admin dan para pengunjung setia blog ini saya pribadi mohon maaf sebesar besarnya setelah sekian lama tidak pernah menulis di kedai kopi, nah untuk tulisan saya kali ini sebenernya tidaklah terlalu penting seperti tulisan tulisan admin yang lainnya, hanya sedikit curhat dan berusaha menceritakan tentang percakapan langsung saya dengan seseorang di kota Mamuju tepatnya di pantai yang kini ramai pengunjungnya, apalagi di sana telah megah sebuah hotel yang diberi nama Hotel Maleo.


Sekali lagi saya mohon maaf jika cara menyajikannya sangatlah sederhana, tidak seperti layaknya penulis penulis hebat yang diberi julukan cerpenis dan sastrawan atau apalah namanya.
Puisi Yang Di Tolak Guruku
By: Arif Agus Bege'h


Dengan meminjam kendaraan sahabatku, sore itu menuju pantai Mamuju yang letaknya tidak jauh dari warnet tempatku bekerja sebagai tehnisi, sebut saja AQILAH NET. Berbekal beberapa lembar patimura di tempat penyimpanan yang lazimnya disebut dompet, saya langsung bergegas karena melihat jam di hanphone nexian milikku itu menunjukkan pukul 03:45. Walaupun cuaca mengisyaratkan bahwa sebentar lagi kota Mamuju akan di guyur hujan namun tekadku sudah bulat untuk menikmati sore yang indah karena saat itu tepat tanggal 22 Agustus 2010, tanggal yang selalu mengingatkanku pada beberapa peristiwa dan pertemuan yang sangat berkesan, meskupun beda bulannya saja.

Sungguh pantai yang indah menurutku, cukup banyak pengunjungnya saat itu namun aku memilih tempat yang tak ada satupun orang yang menggangguku untuk menikmati keindahan pantai itu setelah membeli segelas air aqua untuk persiapan buka puasa. Sempat terfikir olehku kalau kalau nanti ada yang meragukan bahwa aku puasa atau tidak karena membeli minuman saat waktu berbuka puasa masih 2 jam lagi, "ahh cuek saja ahh..puasa itukan untuk Tuhan" celotehku dalam hati. Setelah membayar belanjaan pada pemilik kios itu aku tak lupa menitip kendaraan dan langsung menuju lokasi yang tidak jauh dari kios itu.

Tidak terasa sudah satu jam lamanya waktu kuhabiskan hanya membaca berulang ulang kali beberapa puisi yang pernah ku tulis dan kuposting di Blog kesayangku, tiba tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang memegang bahuku, seorang lelaki dengan mengenakan peci putih layaknya haji menyapaku dengan lembut, "mas sedang belajar atau membaca surat? tanya lelaki itu. Beberapa detik aku terdiam dan setelah itu baru menjawab pertanyaan yang ditujuakan kepadaku, "ahh..lagi santai-santai sambil membaca tulisanku mas.! dengan pedenya aku bilang tulisanku tanpa menyebut itu adalah puisi. Lelaki itu langsung duduk tepat disamping sebelah kananku karena mendengar jawabanku, ternyata lelaki itu berniat untuk membaca tulisanku itu yang sudah saya print beberapa lembar untuk tiap lembarnya satu judul puisi. "boleh saya baca tulisannya mas?, permintaan lelaki itu langsung saya setujui dengan memberikan lembar pertama dari beberapa lembar yang lain dengan judul HADIAH HATI UNTUKMU dan lelaki itupun langsung membaca seperti yang ada di bawah ini:

merah merona pipimu
saat kumenatapmu dan ada harapan di sana
akankah dikau mengingatku saat kau baru terjaga menyambut mentari pagi
rambut hitam lagammu ibarat putri mayang terurai
adakah kau jaga aku dikalbumu dan kau abadikan dalam sukmamu


dingin dan bekunya salju abadi di puncak papua
namun aku tak pernah berharap kebekuan hatimu untukku
yang kumau ketulusan hati menerima aku apa adanya


andai tetesan embun mampu kutampung
maka akan kubawakan untukmu sebagai persembahan kesejukan cinta yang kutawarkan
aku memang tak bisa membawamu mendaki gunung himalaya
namun aku jamin rinduku lebih tinggi dari himalaya


akan kuberikan hatiku yang lapang
untuk kau tebarkan semua rasa dan hasrat yAang kau miliki
untukku walaupun tak seluas samudra
asa kan kutangguk tuk mengayuh kehidupan
kelenggangan surga dikalbumu


[Tarailu Sul-Bar,16/01/2010]

Setelah selesai membaca satu lembar puisi dengan judul  hadiah hati untukmu, lelaki itu meminta lagi satu lembar tulisanku "mas..coba lihat lagi yang lain", karena merasa bahwa lelaki itu bakalan meminta lagi lebar berikutnya maka saya memberikan semua lembar yang ada di tanganku itu, diantaranya dengan judul
  • Hadirkan Hujan
akankah kuhadir dalam hatimu
rindu mengelayut antara hujan dan airmata
pintal bantal separuh isi kelambu
saatku mendengar aliran manis pesimis
air dan mataku di sana
di tanah hamparan jiwa berbalut duka
aku masih punya asa dan rasa
hingga kini meniti cinta medayung ke muara kuasa

mengecap kenikmatan antara dan sementara
dua kebahagiaan saat sunyi itu hadir
hamparkan sejadah yang tak bosan basah
airmata melunturkan corak kaligrafimu
meresap halus menyapa jiwaku diantara haus dan bajir

salahkah mantraku yang tak sampai penuhi ruang
syairku dari hati yang lama mati
mati karena cinta dari nisan yang belum berisi

ohh..hujan
hadirlah dalam setiap jiwa dan raga berkeluh kesah
kala masa itu berkuasa

[Dibuat di Tarailu Sul-Bar,09/05/2010]

  • GEMURUH AIR MATA
gemuruh airmatamu masih kurasa
adakah makna tigabelas ataukah limabelasmu lebih
serbuk safron bukti tanda utamamu
jejaki rasa patahkan duri ilalang
segera berlabuh tak kunjung jua

ingat semoga diingat
sebut semoga disambut
di sanalah jiwa kita
di antara reruntuhan malam hening
malam durja tergilas gemuruh airmata

ketika airmata bergemuruh bersama hentakan gelombang
sabda disetiap syair dari hati
maka riakpun tak sanggup getarkan gelas yang hampir pecah

[Dibuat di Tarailu Sul-Bar,07/05/2010]
  • Cemeti Air
kau datang dengan membawa bingkisan rindu
wadah bersisi tersulam jerami
senyummu tersembuyi dibalik jeruji gigi
menghalangi sesaji diri bersimbah asa kegelisahan

dipagi bertubi goresan mimpi ini
kabarkan belahan hati dirampas lolong binatang malam
haruskah kau dan aku bertanya
sementara hati tak merdu tanpa senandung pilu

sahabat sahabatwati
aku masih disini menatap ratap dirimu
dibalik layar bersemedi menanti hati
bawakan kado pelipur sepi

datang, hadirlah
kusayembarakan satu perkara nama
robek, bakar, lunturkan karya karyaku
dengan senjata tak mesti belati
kusiapkan cemeti air jika mampu memaksaku katakan cinta.

[Dibuat di Tarailu Sul-Bar,06/05/2010]
  • Wanita Air Mata

wanitaku airmata
kau datang menampar wajah rinduku
tepat di sisi urat nadi yang basah saat hujan menderas
sapaan bertubi bertaruh serupa judi
berlariku mengejar selembar mahar

tentang rindu tak melepas
ikatan, simpul

kau panjat tebing dibalik punggungku
tanpa alat, karmantel, hardnes, webing
bahkan pengaman lain sebagai pengaman rindu
ikhlasku istirahatmu di pundakku
menyapa tipis tepat di telinga kiriku
laju turun tanpa hambat
menujulah relung kerinduanku

sadarlah wanitaku
walau berulang mengeja
kata, makna
cintaku pulas dalam okulasi rindu air mata
jika sanggup membangunkan rinduku
lempar aku dengan batu rindumu
moga derajatmu naik setengah tiang

maki aku wahai wanitaku
walau aku penyedih sejati

pahat di benakmu hingga tak luntur
esok kaukan menangis
menjerit pasrah dalam sesalmu
aku takkan lagi menyentuh wanitamu
kuhapus cintamu dengan airmata.


[Dibuat di Mamuju Sul-Bar 20/03/2010]
  • Batu Mata
yakinkan hujan dengan kata
bahkan kisah yang terpendam
mungkin tragedi
atau dongeng belaka
humor tak disuguhkan dalam kisah
menutupi rasa ingin berbagi

tangisan kesedihan seolah memanggil
hanya hujan tak mendengar batu
kekerasanmu dalam maknanya
menyangkal lubang pada satu karang
itulah air menjadi kekuatan
lihatlah dengan mata tertutup

hingga kini jiwamu belum kujamah
bahkan esok terus memaksa
jangan menatap air, usah menyentuh mata
karena mereka selalu kau minum

cinta bukanlah alasan tuk meminum air mata
karena cintamu belum bertanya
dimana cinta pada batu air mata
bagai cinta sebuah pertanyaan
nan pasti bagi diriku

berjuta hujan mengalahkan tingginya hasrat
tumbang hanya karena ragu
ragu pada serabutnya atau ragu kekuatan hujan
hujan air mata

dan kini dirimu sirna tak berbekas
telah bersih disiram hujan
hujanpun tak bergeming
 

Tarailu Sul-Bar,30/12/2009
  • Pembalasan Sang Hujan
awal tahun, awal amarah
saat membuka sebab terpaksa
menatap wajah tanpa makna
bertanya bukanlah jawaban bagimu


hingga ramai janganlah diungkap
siapa saja akan bertanya dalam makna
air mata takkan menjawab amarahku
sebab ia mencintai sang hujan dalam suka maupun duka

tapi
aku tak sanggup menahan ocehan hati yang bergejolak
bergelombang menampar wajahku
bukan sakit yang kurasa
hanya setitik kegelapan yang menyala
dibalik bisu telah ku sampaikan
kaulah api yang membakar hujan

sedihku pada air dan mata
bukan tangisan dalam mimpi
kupanggil kekuatan terselubungmu
datanglah, menjelmalah, masuklah, dan bawalah aku

maafku padamu Kanda
menyingkirlah sobat
ikutlah saudaraku
peluklah sang hujan
dan aku akan datang padanya

sembunyilah jika bisa
berlindunglah di mana saja
siapkan dirimu
cabut pedangmu
pasang perisaimu
baca manteramu

tak peduli raja bersamamu, pangeran
bahkan panglimapun
aku tak reda

jangan pernah lari dari medan
buatlah wasiat keluarga
agar setiap air matanya dapat hisap
tanpa sisa, tanpa bekas, tanpa makna

jika kau lari
percuma saja
istanamu luluh lantah
tsunamiku di belakangmu

menangislah
bahagiaku pada air matamu
sebab jika kau menangis
dia takkan kembali
dan dunia akan baik- baik saja


[Dibuat di Tarailu-Sul-Bar,01/01/2010]

  • Mengapa Kau Rampas Facebookku
mengapa kalian menerima sumpah serapahku
mengapa kalian menerima muntahku
meski jalanku bak halilintar
menerobos malam bersama hujan

tibalah saat mengusik dan menghujammu
kan kuhabisi hidupmu
dengan senjata air dan mata
mata belati
mata dewa
air racun
menggiring tsunami

luluh lantah istanamu hanya karena facebook
dan kau akan mengingatku
ingat pada hujan dan air mata 

[Dibuat di Tarailu Sul-Bar,28/12/09]
 
Sebelum lelaki itu bertanya apapun, aku lebih dulu mengatakan bahwa masih banyak yang lain selain yang mas baca, itulah yang kukatakan agar elaki itu percaya bahwa saya suka sekali menulis puisi. Dengan wajah sedikit heran, lelaki itupun hanya mengangguk saja lalu mengembaikan beberapa lembar kertas itu padaku, tetapi menyisakan satu lembar saja di tangannya. "mas aku minta untuk ku bawa pulang puisi ini ya?, ternyata puisi dengan judul Hujan Air Mata itu ingin dimiliki oleh lelaki itu, coba baca puisinya di bawah ini:

menghitung waktu dengan jari manis
hingga membaca pun tanpa makna
tak menulis karna berharap
kini dirimu telah usai dipelukan sang raja
permaisuri pun menertawakanku
para mentri berpestapora
dan panglima mehunus pedangnya


seakan terbangun dalam mimpi buruk
namun nyata menyelimuti kesedihan,
tentukan nasib atau menanti kajabaiban,
salahkan hujan yang menanam benih,
benih air dan mata


siapakah yang bisa membuangmu
siapa pula yang mampu memisahkanmu dari tragedi atau hujan
apakah tragedi hanyalah kenangan
atau sejarah dalam ketulusan cinta
dan aku takkan dapat menggores namamu
di setiap sajak sajak yang tak bermakna di mata mereka
karena kau telah diberi nama fitra


air
beranjaklah menggapai tangga keempat hingga lima nan pasti
dalam hitungan makna yang akan kau tempuh
hilangkan benci pada jiwa sang raja
raja yang kalah oleh permaisurinya
sungguh dirimu memanggil adik pada mata
dan kau pun kuberi nama Nur Arifah Saputri


mata
kau hanyalah tragedi kebahagiaan
meski air menghalangi pandangan mata
namun kalian adalah buah dan jantung hati
tak terpisah oleh apapun meski bentunturan atau tiga ketukan
bahkan pemilik istana sekalipun
dan kaupun kuberi nama Nur Jumanah Dwiputri


sungguh bercahaya dalam makna dan nyata
meski gelap pada hujan, atau berkilau pada mata
namun gemerlap pada mata, hingga teriakannya tak pernah menggelegar
tak sanggupmu menerobos hujan meski asa selalu
namun tragedi takluk di pangkuanmu
semoga mereka bercermin padamu
sebagai makna cahaya terdahulu


sampai kapan cahaya tak sampai pada ujung harapan
hingga saat air dan mata mencari hujan
tragedi berakir dalam kehausan makna sejati
cinta memberi pilihan
cinta memberi pertanyaan
jawabanmu pada hujan
hujan air mata

[Dibuat di Tarailu Sul-Bar,29/12/2009]

Dengan isyarat anggukan dan kata "iya, boleh" selembar kertas putih bertuliskan puisi hujan air mata itupun dilipat dan segera ia memasukkannya ke saku bajunya. Merasa penasaran pada lelaki itu maka saya bertanya padanya, "kenapa dengan puisi itu mas?, tanpa basa basi lelaki itu menjawab dengan kata "saya suka puisinya mas", ahh..dalam hatiku berceloteh mas ini seprti yang lain saja yang suka tidak suka karena alasan tertentu, emang puisi itu makanan atau minuman kalee... Sambil menjelaskan alasannya menyukai puisi itu aku tetap mendengarkannya walau di hatiku masih saja berceloteh ini dan itu alias kesal pada tipe orang semacam ini. "lihat saja mas..di dalam puisi ini ada beberapa nama yang saya sendiri tidak yakin kalau nama tersebut adalah keluargaku", celotehku langsung terhenti dengan pernyataan lelaki itu yang merasa bahwa nama nama yang saya tulis dalam puisi itu adalah keluarganya. "ahh..memangnya mas tinggal di mana, kok merasa nama nama tersebut adalah keluarganya mas?, sambil mengulurkan tanganku pada lelaki itu untuk mengajaknya berkenalan, sebut saja namnya marlon nama yang ia sampaikan karena sesuatuda lain hal dan tentunya saya menyebut nama yang selama ini mengudara di dunia maya sesuai dengan yang tertera di puisi itu, "Arif Agus Bege'h tapi tidak pake mas ya...karena saya bukan orang jawa", tegas ku nyatakan karena memang saya bukan dari suku jawa, lalu lelaki itu bertanya, "lalu saya harus panggil apa kalo bukan mas?" sungguh pertanyaan yang sudah tidak asing lagi di telingaku namun saya tetap menjawab pertanyaan itu, "panggil saja bung Arif atau bung AAB!"

Seperempat jam lagi waktunya berbuka puasa untuk wilayah Mamuju dan sekitarnya namun lelaki itu belum juga berniat untuk pamit dari hadapanku dan melanjutkan penjelasannya tentang alasannya menyukai puisi itu, "itulah....kenapa saya bingung dan bertanya tanya tentang nama nama itu, makanya saya akan memperlihatkan pada mereka pakah betul puisi ini di tujukan padanya, ohh..iya...swalaupun nama -nama yang ada di dalam puisi ini ada kesamaan, tapi saya belum yakin kalau itu adalah keluargaku.


Hampir saja saya akan menjelaskan tentang puisi itu dan juga puisi-puisi yang ia baca sebelumnya, tentang kenapa puisi puisi itu di tolak atau bahkan tidak ingin dibacaa oleh sang guru, guru yang saya maksud adalah Google dan juga Yahoo, padahal baru baru saja blog Kerajaan Air Mata itu sudah terindeks di search engine keduanya. Percakapan kamipun di akhiri dengan permohonan lelaki itu untuk pamit berbuka puasa di masjid  setelah mendengar shalawat dari arah masjid yang menandakan sebentar lagi waktunya berbuka puasa untuk wilayah sulawesi barat dan sekitarnya, dan saya hanya menjawab denga "Wa Alaikumussalam" setelah lelaki itu memberi salam perpisahan dan segera meninggalkanku sendiri tanpa pesan dan ajakan ke Masjid untuk berbuka puasa bersama.

Berselang hanya beberapa menit setelah marlon beranjak menuju masjid, rintik hujan bersahutan dengan suara adzan magrib sekaligus penanda buka puasapun kunikmati dengan segala puji syukur hanya pada Allah semata, seolah rintik hujan saat itupun mengabarkan pada Sang Hujan bahwa menyegerakan berbuka puasa walau dengan segelas air putih yang sejak tadi menunggu untuk segera di teguk menyempurnakan puasa hari ini, seperti sabda baginda nabi bahwa menyegerakan untuk berbuka puasa dan memperlambat sahur.

Nah..setelah mengisap sebatang roko maka saya langsung beranjak meninggalkan tempat itu untuk kembali ke tempat kerjaku bukan kaena takut kehujanan, namun karena aku ingat bahwa ssaya harus minum kopi hitam buatan nenek tua pemilik rumah yang selalu mebuatkanku saat berbuka dan sahur tiba, karena jam pada komputerku saat saya menuliskan ini semua menunjukkan waktu sahur maka dengan ucapan dan beberapa harapan kiranya tulisan ini mendapat tanggapan dari admin lain dan terutama pengunjung kedai kopi tentunya, dan semoga amal ibadah kita diterima disisiNya, Amin.

Mamuju Sulawesi Barat,25/08/2010
SALAM HUJAN

16 orang ngopi:

ivan kavalera said...

Salam hujan, bang.

Ras Brawijaya said...

Pokoknya Mantap Saudaraku! Tapi belum kubaca semua, nanti kalau waktu senggang ya...hehehe... trima kasih

Latifah Hizboel said...

Puisinya bagus-bagus...

Mohon maaf nih saya pun sudah lama tidak update diblog ini, sepertinya lagi mati gaya hehehe

Salam Matahari...

Anisayu Nastutik said...

Hmmmm kopi temen ku d kala sepi...mat pg!!!

duniaira.blogspot said...

Aku suka hujan!!!
lelaki hujan Kota hujan Tangisan hujan..Tapi aku adalah Raa...Sang MAtahari....
Ups..maaf! nggk pernah update blog ini Huwaaa....merasa bersalah BEsok aktif lagi ahhhhh

Berry Devanda said...

bagus2 puisi mu sobat...
tetap berkarya...

bliyanbayem said...

jujur mas.... saya kurang ngerti sama puisi. mungkin karena bahasanya yang penuh pemaknaan... hehehehhe! salam kenal mas!!

PakOsu said...

Puisi yang bagus.
Berkunjung mengucapkan: Minal aidin walfaizin, maaf lahir & batin.
Selamat hari raya idul fitri 1431 H.

anggar berkawand said...

wiiich..
puisinya kereenz...
:)

اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ
اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْ

Minal Aidin Walfa'idzin ,,
...Slamat Idul Fitri 1431 H Mohon Maaf Lahir & Bathin.

Cannes apartments rentals said...

saya kurang ngerti sama puisi. mungkin karena bahasanya yang penuh pemaknaan..

Rubiyant|Photo said...

keren abis ....

Tukar Link Disini said...

Puisinya mantap ya? apa lagi penulisnya..he..he.he

Anonymous said...

Thank you my friend for the visit and comment, happy day with happiness and peace, God bless you and your family. Hugs Valter.

Arif Agus Bege'h said...

salam kenal semuanya

yang ga ngerti puisi karena membutuhkan pemaknaan itu sudah biasa, mungkin karena puisi ku yang lalu itu masuk kategori diksi yang memang perlu pemahaham, tapi itu karena salah satu sifatku yang tidak suka mengeluh secara langsung sehingga menjadi beban bagi orang lain, dan orang yang tidak merasa dibebani dengan keluh kesah maka dia akan berusaha memahami puisi tipe diksi, dan semoga saya bisa mencoba menulis puisi dengan kategori ide yang lebih mudah di pahami.

salam sastra Indonesia

Anonymous said...

Dari narasi tentang pantainya terbayang nih indahnya tapi sayang kok enggak di taruh photo-photonya. semoga kedai kopi tambah sukses kedepannya amin salam kenal ya bank admin dari bloger lombok utara. bang admin dan semuanya mari mengenal keindahan pariwisata Lombok Utara di http://7og4nk.blogspot.com terimakasih.

ra said...

kunjungan akhir pekan ^^

saya senang puisi :)

pelanggan setia