Pages

Monday 7 December 2009

Ideologi Itu Tidak Ada

Apa dan bagaimanakah ideologi kita masing-masing hari ini? Sebahagian besar kaum akademis yang setiap hari memadati kampus-kampus itu mungkin menjawab," Ideologi kami sejak dulu hingga hari ini dan besok adalah bagaimana agar dunia akademis memberi kontribusi penting untuk bangsa dan negara. Ideologi yang punya banyak warna? Ah, itu tidak penting."

Ideologi memang abstrak. Ia tidak memiliki warna. Penganutnya saja yang mengecatnya di sana-sini. Kadang Ia diberi nama kapitalisme namun di lain sisi mempraktekklan beberapa teori Karl Marx. Segelintir lagi mengatas namakan kaum proletariat. Kaum buruh diperjuangkan. Dunia harus dibangun dengan tatanan ideologi bernama sosialisme-demokrasi. Tapi sayang sekali tak seorangpun pernah berhasil membuktikan perubahan nasib buruh ketika seorang wakil buruh menjadi legislator bahkan bupati sekalipun. 


Tidak seorang pun. Bahkan para pakar tentang ideologi pun tak akan mampu mengukur sejauh mana batas-batas yang berhasil dicapai ketika manusia berideologi.  Ideologi Islam? Lebih parah lagi. Hari ini Islam tidak bisa dipesan menjadi sebuah ideologi. Ia hanya diklaim sebagai sebentuk syariat peribadatan. Agama lainnya? Mungkin nasibnya sama saja. Ideologi tak bisa dipesan sejak kemarin. Ia hanya tercetak di buku-buku tebal pelajaran di kampus-kampus dan perpustakaan. Apakah tidak sebaiknya ideologi diredefinisi saja menjadi semacam ejaan lama yang menunggu penyempurnaan makna? Penyesuaian keadaan memang kadang sangat penting sesuai kebutuhan ekonomis, yaitu perut dan syahwat.

pelanggan setia