Pages

Sunday 13 December 2009

Radio Streaming Pribadi Khusus Blogger

Bagi para blogger tentu tak asing lagi dengan live radio streaming atau radio online. Ya, mendengarkan radio melalui internet. Ada dua jenis radio streaming. Pertama, stasiun radio resmi yang selain didengarkan melalui udara juga dapat didengarkan melalui internet, contohnya RCA 102, 5 FM. Namun belum semua stasiun radio di Indonesia memiliki radio streaming. Jenis kedua, radio streaming yang tidak mempunyai studio radio yang konvensional. Cukup menggunakan audio mixer dan computer dari tempat mana saja. Contohnya Radio PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) yang belajar diluar negeri.

Seharusnya masih ada jenis ketiga yaitu radio streaming pribadi. Eksistensinya masih langka di Indonesia. Bagi sebahagian besar blogger ternyata ada anggapan bahwa mesti punya studio radio, baru bisa menggunakan fasilitas streaming.

Sebenarnya siapapun dapat membuat radio streaming pribadi langsung dari kamar sendiri. Anda bisa menjadi seorang penyiar di internet. Anda tidak perlu membuat studio. Tidak perlu lagi membayar izin frekuensi kepada PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia). Tidak lagi butuh verifikasi radio dari KPI (Komisi penyiaran Indonesia).

Tapi tentu saja streaming jenis ketiga ini tidak dapat memperoleh iklan konvensional sebab tidak terdaftar di PRSSNI maupun KPI. Sebagai alternatif cukup pasang iklan dari dunia maya saja. Program acara dan promosi silahkan diatur sendiri. Cara membuat radio streaming sangat mudah. Pelajari saja tutorial rahasianya di sini.

Kalau sudah berhasil, teman-teman blogger yang memiliki hobi atau sekedar ingin mencoba bagaimana rasanya dunia broadcasting dijamin akan kecanduan. Selamat mencoba untuk menjadi blogger sekaligus broadcaster. Kenapa tidak? Lalu diseruput lagi kopinya sambil cuap-cuap hehehe.

Teori Air Versus Teori Hujan Dalam Menulis


Benarkah sebuah tulisan mutlak membutuhkan ide? Sebahagian besar orang yang bahkan biasa menulis buku, mengelola blog dan sebagainya menganggap pekerjaan menulis harus tergantung dari ide. Mereka juga meyakini bahwa ruang dan waktu yang cukup adalah pendukung utama bagi kenyamanan menulis. Ini dialami oleh sebahagian orang yang memperlakukan ide-idenya sebagai hujan. Padahal teori hujan menyatakan tidak setiap saat tetes air bisa turun dari langit. Hujan memiliki kekuasaan, ia akan turun sesuka hati.

Hujan hanya salah satu bentuk dari air. Bagaimana dengan teori air? Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat rendah. Air tidak deras ketika harus bertemu batu ataupun sampah. Tapi air tetap mencari celah untuk tetap mengalir. Di musim kemarau pun air masih tetap ada meski hanya sekedar tergenang. Ketika ide terasa kering, mesti disiasati dengan mencari tempat berkubang.

Kenyataannya setiap manusia memiliki sebuah ide dalam setiap satu menit. Itu bisa dibuktikan dengan memperhatikan orang-orang yang mengobrol. Obrolan kita dengan seorang teman tidak pernah terencana secara detail, isi maupun tema. Tapi tetap ada saja bahan obrolan. Sungguh janggal ketika sebuah obrolan harus menunggu berlama-lama bahan pembicaraan turun dari langit. Meski hanya sekedar basa-basi.

Lalu bagaimanakah semestinya memperlakukan sebuah ide? Jika menerapkan teori hujan, bisa dipastikan seorang penulis hanya bisa memproduksi karya "senin-kemis." Jika berani menerapkan teori air, kemungkinan besar seorang penulis bisa memproduksi karyanya bahkan dalam perkembangan perjam. Bukan perhari. Teori air ternyata dapat mendorong beragam teknik yang praktis. Seorang penulis memiliki semacam bank ide di kepalanya. Bank ide itu bisa berbentuk catatan kecil, konsep di handphone, file dokumen di komputer misalnya, dan sebagainya. Setiap saat ide itu bisa dituliskan kapanpun ia inginkan. Karena ide diperlakukan layaknya air, jadilah ide itu mengalir sebagaimana obrolan kita sehari-hari.


(Terimakasih buat almarhum ayah saya yang pernah mengajarkan teori ini tapi ternyata saya sendiri belum berhasil menerapkannya hehehehe...)

pelanggan setia